Dalam berinvestasi di
pasar modal, investor dihadapkan pada kondisi ketidakpastian. Pergerakan naik
turunnya harga pasar yang tinggi dan tidak diharapkan dapat terjadi
sewaktu-waktu. Gejolak perekonomian di dalam maupun di luar negeri dapat
menimbulkan pengaruh yang besar pada pergerakan harga di pasar modal. Selain
itu, sentimen para investor juga mempengaruhi pergerakan harga di pasar modal.
Gejolak harga yang
terjadi di pasar modal merupakan risiko yang mau tidak mau harus dihadapi para
investor. Bila tidak ditangani dengan tepat dan cermat, investasi akan
mengalami kerugian. Jika penurunan nilai investasi terjadi saat dana masih lama
dibutuhkan, maka masih terdapat banyak waktu untuk memulihkan nilai aset yang
dimiliki. Namun, apabila krisis terjadi saat menjelang dana dibutuhkan, maka
risiko akan sangat sulit untuk dikendalikan. Bila tidak dikelola dengan tepat,
kerugian akan menjadi hasil akhir dari investasi yang dilakukan.
Yang selanjutnya
menjadi masalah, dalam mengelola investasinya, investor juga dihadapkan pada
berbagai keterbatasan. Salah satu keterbatasan yang dimilikinya adalah emosi
sebagai manusia. Investor cenderung untuk membeli saat harga di pasar modal
tengah meningkat. Dalam hal ini, ketika harga tengah meningkat, sifat manusiawi
mendorongnya untuk berinvestasi karena bayangan akan keuntungan yang dapat
diperolehnya. Emosi pula yang menyebabkan investor justru keluar dari pasar dan
menjual aset investasinya saat harga tengah menurun karena rasa takut bahwa
harga akan terusmenerus merosot. Bahkan setelah keluar dari pasar, pengalaman
akan kerugian ini menyebabkan investor merasa takut untuk kembali berinvestasi
dalam jangka waktu lama. Saat ia memutuskan untuk kembali berinvestasi, harga
telah berada di tingkat yang lebih tinggi.
Contoh lainnya adalah
ketika investor tengah mengalami peningkatan harga dari aset investasi yang
dimilikinya, sifat yang tidak pernah puas menyebabkan ia menunda untuk segera
merealisasikan keuntungan dengan menjual asetnya tersebut. Yang terjadi
selanjutnya, harga justru sudah kembali turun dan ia terlambat untuk menikmati
keuntungan dari investasinya. Jelaslah bahwa rasa takut dan tidak pernah puas.
seringkali menyebabkan investor membuat keputusan yang terburu-buru, atau
sebaliknya, malah menunda keputusan.
Keterbatasan-keterbatasan
lain yang dimiliki investor adalah ketiadaan waktu dan akses untuk selalu
memonitor pergerakan harga di pasar modal.
Untuk itu, diperlukan
suatu sistem yang dapat membantu investor dalam mengelola risiko tersebut.
Sistem ini harus dapat selalu memantau pergerakan harga, berjalan secara
otomatis, dan tidak terpengaruh oleh emosi manusia.
ARMS sebagai Jawaban
Untuk menjawab
kebutuhan investor dalam pengelolaan risiko investasi, Generali Indonesia telah
menciptakan sistem manajemen risiko yang berjalan secara otomatis. Sistem ini
disebut Auto Risks Management
System (ARMS).
ARMS memadukan berbagai metode manajemen risiko
yang dijalankan secara otomatis. Dalam hal ini, metode yang dimaksud terdiri
dari:
- Auto Balancing
- Auto Trading
- Auto Re-entry
- Bounce Back
Auto Balancing
Auto Balancing
merupakan fitur yang berfungsi untuk menjaga komposisi Aset Portofolio
Investasi sesuai dengan profil risiko yang dimiliki investor secara otomatis
dan konsisten dari waktu ke waktu. Ini dilakukan melalui proses jual beli aset
saat komposisi tipe aset dalam portofolio investasi tidak sesuai dengan
komposisi yang telah ditetapkan sebelumnya oleh investor.
Yang menarik, dengan
Auto Balancing, investor secara konsisten akan membeli aset tertentu saat
harganya rendah dan menjual aset tertentu saat harganya tinggi sehingga imbal
hasil investasi yang diperoleh juga akan meningkat. Atau, dengan kata lain
prinsip Buy Low-Sell High terjadi secara konsisten. Hal ini dilakukan
dengan cara menjual aset yang kinerjanya lebih baik (outperforming asset) dan
membeli aset yang kinerjanya lebih rendah (underperforming asset) secara
bersamaan pada saat terjadi perubahan komposisi tipe aset yang tidak diinginkan
Dengan Auto Balancing,
pergerakan harga masing-masing aset investasi akan dipantau setiap hari dan
proses di atas akan dilakukan sesuai dengan batas toleransi yang diinginkan
investor secara konsisten dan terus menerus.
Auto Trading
Auto Trading merupakan
fitur yang berfungsi untuk memantau dan menjaga kinerja portofolio investasi
agar konsisten dengan tujuan investasi yang dimiliki investor secara otomatis
dari waktu ke waktu. Dalam berinvestasi, setelah mencapai target pengembangan
dana investasi, investor harus merealisasikan keuntungannya (profit taking).
Sebaliknya, saat terjadi penurunan dana investasi melebihi batas yang dapat
ditoleransi, investor harus segera keluar dari pasar untuk mencegah kerugian
lebih jauh (cut loss). Dengan Auto Trading, proses realisasi keuntungan atau
mencegah kerugian ini berjalan secara otomatis
Pengembangan Lebih
Lanjut dari Auto Trading: Profit Climbing
Dalam perkembangan
selanjutnya, sebagai alternatif dari Profit Taking, Auto Trading memiliki fitur
Profit Climbing yang digunakan untuk membantu investor agar tidak
merealisasikan keuntungannya terlalu dini di saat pasar investasi masih dapat
terus tumbuh. Konsep ini dapat dianalogikan dengan seseorang yang sedang
menaiki tangga di mana pada setiap anak tangganya disiapkan jaring pengaman.
Orang ini dapat terus menaiki tangga tanpa henti tanpa harus takut jatuh. Saat
orang ini jatuh dari anak tangga manapun, jaring pengaman telah tersedia
sehingga ia tidak jatuh jauh ke dasar lantai.
Auto Re-Entry
Auto Re-entry adalah fitur di dalam Auto Trading
yang berfungsi untuk menginvestasikan kembali seluruh hasil investasi yang
telah direalisasikan dan/atau diamankan secara otomatis dan sesuai dengan
profil risiko dan tujuan investasi yang dimiliki investor.
Setelah keluar dari pasar, baik karena realisasi
keuntungan atau menghindari kerugian lebih jauh, investor harus menentukan
kapan ia akan kembali berinvestasi. Momen terbaik untuk masuk kembali adalah
saat harga instrumen investasi (yang dimiliki investor sebelum keluar dari
pasar) lebih murah. Hal ini dilakukan dengan mengawasi perkembangan harga di
pasar setelah investor keluar dari pasar. Bila harganya turun lebih lanjut
hingga mencapai titik yang telah ditetapkan, investor sebaiknya kembali
berinvestasi seperti sediakala. Dengan Auto Re-entry, proses berinvestasi
kembali ini berjalan secara otomatis.
Bounce Back
Bounce Back merupakan fitur pada fasilitas
investasi yang berfungsi untuk mengalokasikan kembali Nilai Investasi yang
telah direalisasikan dan/atau diamankan secara otomatis melalui fitur Auto
Trading, pada alokasi Jenis Dana Investasi yang ditentukan oleh nasabah, dalam
suatu periode dan parameter tertentu yang ditentukan oleh Generali Indonesia.
Fungsi fitur Bounce Back hampir sama dengan
fitur Auto Re-Entry, perbedaannya terletak pada parameter pengalokasian kembali
nilai investasi, dimana Auto Re-Entry menggunakan parameter yang ditentukan
oleh nasabah, sementara Bounce Back menggunakan parameter tertentu yang
ditentukan oleh Generali Indonesia dengan menggunakan sistem
dan rekomendasi berdasarkan riset tim investasi profesional. Dalam hal
ini, saat parameter ini menghasilkan sinyal yang menunjukkan bahwa harga pasar
investasi telah memasuki tren peningkatan, maka dana investasi akan kembali
dialokasikan sesuai dengan komposisi sebelum Auto Trading terpicu.
sumber www.generali.co.id